Masih calon bidan_Pancarkan Senyum SEMANGATmu!!

Masih calon bidan_Pancarkan Senyum SEMANGATmu!!

Saturday, November 8, 2014

Seninya Naik Angkot



                                                           http://2.bp.blogspot.com
 Gini nih rasanya jadi anak kost yang gak punya motor. Kalau mau ke mana-mana teman yang paling setia tentunya “angkutan umum”. Nah... hari ini tepatnya Hari Kamis 6 September 2014 setelah menyelesaikan ujian tengah semester aku ditemani Ria, teman dekatku berencana untuk mudik bersama ke Wanayasa Kab. Banjarnegera, kampung halaman kami.
Sudah satu bulan aku tidak pulang ke rumah, hari ini adalah kesempatan yang baik karena liburnya cukup panjang jadi aku bisa melepas kangen bisa ketemu orang tua dan adik-adikku di rumah. Namun, ada cerita menjengkelkan saat perjalanan menuju ke rumah siang ini.
Di tengah teriknya panas matahari, aku dan Ria nunggui angkot di depan kost K*sih samping Makam Pahlawan Tanjung. Beberapa saat kemudian ada angkot berhenti di depan kami.
“Ke mana mba?”, dengan malas aku menjawab, “terminal pak.”
“Ya udah, ayo-ayo ini ke terminal!”
Tewaran supir angkot itu meluluhkan kami. Tidak seperti biasa kami pun akhirnya naik angkot dengan kode C, padahal biasanya tidak. Walau aku tahu naik angkot yang berkode C jurusannya gak langsung ke terminal, tapi masih muter dulu ke desa-desa buat nyari penumpang. Karena aku pikir harinya masih cukup siang hal itu gak terlalu masalah buat kami, “bisa sambil jalan-jalan,” batinku.
Setelah muter-muter di Desa K*rang Pucung, sambil ngetem dulu di depan SD ternyata penumpangnya segitu-gitu aja, yaitu 2 orang (aku dan Ria). Kayanya supir angkot putus asa kalau harus mengantar penumpang yang hanya 2 orang ini ke terminal, akhirnya dia mengoper kami ke angkutan lain. Di salah satu persimpangan angkutan ini berhenti.
“Mba ganti angkot ya mba. Itu angkotnya mau ke terminal!” kata pak supir.
Kami ngikut aja. Supir angkot yang pertama nampaknya telah berbicara pada supir kedua untuk mengoper kami ke terminal. Dengan santainya kami langsung masuk ke angkot dan duduk santai sambil menikmati pemandangan pedesaan di kanan-kiri jalan. Semakin lama semakin saya jenuh, karena angkot ini lajunya udah kaya bekicot kebanyakan minum halusinogen. Santai bingits bro.... supirnya juga gitu, sejak awal kami naik angkot ini, pak supirnya masih telponan mulu. “dari pacarnya apa??!!”
“Ri, tahu gini harusnya kita tadi naik angkot B yak?”
“Udah lah mba, terlanjur.”
Aku berpikir, kok angkotnya gak nyampe-nyampe ya... sampai akhirnya tibalah angkot ini di salah satu perempatan jalan dimana kalau angkot ini belok kanan ± 100 meter lagi sudah sampai di terminal, tapi angkotnya malah jalan terus. Aku mikir, “apa mungkin mau ngambil sesuatu ke situ atau gimana...” Kebetulan saat itu kami benar-benar sedang lelah dan mengantuk jadi agak malas untuk bergeming dan menanyakannya pada pak supir.
Tapi angkot ini masih saja jalan dan aku masih positive thinking. Tapi akhirnya aku dan Ria baru curiga setelah angkot sampai di Keb*n Dalem dan sudah sangat jauh dari terminal.
Aku pun buka mulut, “pak ini si mau kemana?”
“La mba mau kemana?” jawab pak supir tanpa dosa alias sok polos.
“Kan ke terminal pak...”
“Ini mau ke Tanjung, mba...”
“Ya elaahh pak-pak, kita dari Tanjung masa mau ke Tanjung lagi, kurang kerjaan banget!” keluhku dalam hati. Aku pun menyerahkan uang ke pak supir dengan hati dongkol. Aku pikir supir pertama dah bilang ke supir ini kalau kami mau ke terminal.
“Ya ampun mba... kita si lagi kenapa, hari ini kok gini banget?”
“Gak tahu Ri, mungkin ini takdir atau kita bakal nemuin sesuatu yang gak kita duga dari kejadian ini.”
Ria ketawa.
Kami jalan dari Keb*n Dalem sampai ke M*ro. Akhirnya kami naik angkot lain yang kami harap lebih waras dari yang sebelumnya. Dan alhamdulillah sampailah kami di Terminal Bulupitu Purwokerto.
Setelah turun dari angkot dan menghela nafas panjang Ria bilang, “mba, laper.” Aku juga laper, tapi waktu dah menunjukan pukul 2. Kami gak mungkin menghabiskan waktu di terminal untuk makan sedangkan perjalanan pulang ke rumah masih jauh.
Saat jalan menuju ke bus jurusan Purwokerto-Wonosobo, kami lirik kanan-kiri banyak makanan terpampang di etalase warung makan. Bau dan aromanya begitu menggugah selara. Padahal biasanya gak gini-gini amat. Setelah sampai di deretan bus tujuan dengan segala kesabarannya, perut kami ternyata sudah tidak bisa mentolerir rasa laparnya. Aku pun berbalik arah, “Ri, kayanya kita harus beli makanan!”
“Mba, ayo ini dah mau berangkat!” Teriak pak kernet.
“Bentar pak!” teriak Ria.
Dan untuk pertama kalinya aku membeli 2 cup mie instan yang akan kami makan di bus nanti. Kebetulan bus yang kami tumpangi tidak terlalu banyak penumpang sehingga kami bisa lebih leluasa untuk memakannya. “nyuam nyuam...” :D Agak susah memang, makan mie instan berkuah panas di dalam bus Ceb*ng yang kalo jalan udah kaya bus hilang kendali_Waswuuuusss.
Pesan moral dari pengalaman kami ini antara lain :
-          Kalau biasa naik angkot kode B untuk jurusan terminal, lebih baik jangan ganti-ganti. Tetaplah pake B, kecuali kalau memang tidak ada. Atau mungkin supir angkotnya lagi kondangan semua jadi gak bisa narik angkot. Hahahaa
-          Jangan mudah percaya supir angkot yang berkode lain, karena takutnya PHP.
-          Kalau dioper ke angkutan lain, lebih baik perjelas lagi kemana tujuan kita supaya gak miskom.
-          Pastikan sebelum berpergian kemana pun perut dalam keadaan sudah terisi makanan. Kalau pun belum, sebaiknya membawa makanan kecil, besar, ringan maupun berat di dalam tas kita. Agar bila cacing di dalam usus sudah mencanangkan aksi untuk berdemo, kita sudah siaga “leb”.
-          Dan berpergianlah dengan lancar serta selamat sampai tujuan J

No comments:

Post a Comment